Sabtu, 28 November 2020

Manusia Hindu (Konsep, Hakikat, Martabat, Tanggung Jawab, dan Avatara)

 

Konsep Manusia Hindu

Manusia pada dasarnya berbeda dengan manusia lain, maka setiap manusia harus mengerti dengan perbedaan itu sehingga bisa hidup berdampingan secara damai, aman, nyaman dan bahagia. Kitab suci Slokantara, pada salah satu slokanya menjelaskan tentang manusia satu dengan manusia lain pada dasarnya berbeda.

“ekorasasamutpanna ekanaksatrakanwittah,

na bhagawanti samacara yatha arabadkantakah”

(Slokantara, Sloka 27)

Artinya: “Meskipun manusia itu lahir dari perut ibu yang sama, waktu yang sama, namun kelakuannya tidak akan sama.”

      Slokantara sloka 27 bermakna bahwa sesungguhnya setiap manusia memiliki sifat, tingkah laku, serta kepribadian yang berbeda dengan manusia lainnya. Manusia yang satu akan selalu memiliki perbedaan dengan manusia lainnya. Manusia memiliki kesadaran dan kelebihan akal budi yang membedakannya dengan makluk lain, sekaligus menempatkannya sebagai makluk yang derajatnya paling tinggi. Sehingga manusia disebut dengan berbagai nama seperti:

Homo sapiens        : Makluk berakal pikiran.

Homo socius         : Makluk sosial .

Homo ludens         : Makluk bermain

Animal symbolicum: Makluk pencipta dan pengguna tanda Bahasa.

Homo religious      : Makluk yang berkeyakinan.

Mengaplikasi pikiran manusia tidak bisa lepas dari filsafat etika dalam Agama Hindu, yaitu TatTwam Asi.

“nityonityanamcetanascetananam

Ekobahunamyovidadhantikaman

Tam pitha-gamye mupasyantidhiras

Tesamsantihsasvatine tare sam”

Artinya: “Diantara kepribadianyang kekal dan yang berkesadaran, ada satu kepribadian yang menyediakan keperluan dari kepribadian-kepribadian yang lainnya. Orang bijaksana yang memuja kepribadian yang satu ini, yang bertempat tinggal di alamnya yang rohani akan mampu mencapai kedamaian sejati sedangkan yang lain, yang tidan memujanya tidak akan mencapai kedamaian”

      TatTwam Asi bahwa sumber yang memberikan manusia hidup adalah sama yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Atas dasar pemikiran inilah maka manusia disebut sub kelompok atau bagian dari kelompok. Sebagai bagian dari kelompok ini, manusia berinteraksi dengan sesamanya sebagai makluk social karena manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Hubungan antar manusia ini pasi ada pihak yang diuntungkan dan dirugikan (RwaBhineda)

Hakikat Manusia Hindu

Manusia terlahir pada kondisi yang berbeda antara manusia satu dan yang lainnya. Manusia pada hakikatnya memiliki sifat baik dan sifat buruk. Manusia dilahirkan juga memiliki tujuan hidup untuk melakukan kebaikan. Kitab Sarasamuscaya menjelaskan tentang tujuan hidup manusia sebagai berikut.

“Mamansah Sara bhutesu

Vartatevaicubhacubhe

achubhesusamavistam

cubhesvevakaravet”

(Sarasamuscaya, Sloka 2)

Artinya: “Di antara semua makluk hidup, hanya yang dilahirkan sebagai manusia saja yang dapat melaksanakan perbuatan baik atau perbuatan buruk, oleh karena itu leburlah ke dalam perbuatan baik, segala perbuatan yang buruk itu,demikianlah gunanya menjadi manusis”

Hakikat manusia terlahir di dunia berdasarkan kitab suci Sarasamuscaya adalah manusia terlahir dengan memiliki tujuan hidup. Manusia dilahirkan memiliki perbedaan antara manusia satu dengan manusia lainnya. Perbedaan yang dimagsud beragam, di antaranya berupa perbedaan sikap, perbedaaan perilaku, perbedaan warna (Catur Warna), perbedaan status sosial, perbedaan kemakmuran, dan sebagainya. Perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia akan menjadi pahala manusia dalam menjalani kehidupan. Perbedaan manusia satu dengan yang lainnya tidaklah menjadi tolak ukur, misalnya ada orang kaya dan ada orang miskin. Sekalipun kehidupan manusia dalam kondisi sangat miskin tetapi memiliki perbuatan dan pahala yang baik itulah yang sangat mulia. Hakikatnya manusia hidup adalaah untuk menolong dirinya dari kesengsaraan atau penderitaan melalui jalan dharma. Kelahiran menjadi manusia hendaknya digunakan dengan sebaik-baiknya untuk melaksanakan kebaikan yang sesuai dengan ajaran Dharma. Selanjutnya dapat melaksanakan ajaran-ajaran agama hindu di kehidupan sehari-hari.

            Hakikat sifat manusia secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu sifat baik dan sifat buruk. Sifat baik seperti sifat spiritualakan menghantarkan manusia terhindar dari penderitaan, sedangkan sifat buruk seperti sombong, angkuh, pemarah  dan lain-lain akan menyebabkan manusia terikat sifat keduniawian dan menuju penderitaan.

            Sifat-sifat buruk manusia tidak dapat dihilangkan, namun dapat dikendalikan. Salah satu caranya adalah dengan melaksanakan Panca Niyama Brata. Pengertian Panca Niyama Brata adalah lima jenis pengekangan diri berdasarkan atau tunduk dan mengikuti ajaran Dharma. Bagian-bagian Panca Niyama Brata yaitu:

1.      Kroda, tidak marah

2.      Guru susrusa, hormat taat dan tekun melaksanakan ajaran-ajaran dari guru

3.      Sauca, suci lahir batin

4.      Aharalagawa, memilih makan yang baik bagi tubuh kita dan makan, minum secara teratur untuk mencapai kesucian lahir batin.

5.      Apramada, tidak sombong angkuh.

Berdasarkan unsur pembentuk hakikat manusia Hindu adalah sebagai makluk yang dibentuk dari dua unsur yaitu jasmani dan rohani yang membentuk satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Kesatuan dua unsur ini disebut mikrokosmos(bhuwana alit) yang secara kosmologis adalah perwujudan dari substansi semesta(resextensa) dan perwujudan substansi bepikir(rescogitans).

Hakikat manusia sebagai pribadi yang memiliki badan jasmani dan jiwa telah memunculkan pemikiran dalam pandangan filsaafat manusia. Ada dua pandangan yang berbeda tentang manusia, pandangan materialisme menganggap badan jasmani lebih bernilai daripada jiwa, sedangkan pandangan spiritualisme menganggap bahwa jiwa jauh lebih bernilai penting dibandingkan badan rohani. Tetapi dalam pandangan Hindu, baik badan jasmani dan badan rohani memiliki hakikat yang sama pentingnya. Agama Hindu mengkaji hakikat badan jasmani manusia Hindu sebagai substansi semesta adalah Mayatattwa, yaitu filsafat kebendaan atau maya. Sedangkan bidang yang mengkaji hakikat jiwa atma sebagai substansi berpikir adalah Purusatattwa, yaitu filsaafat non kebendaan atau purusa. Manusia yang berupa penyatuan badan jasmani dan jiwa ini adalah perwujudan dari substansi semesta atau makrokosmos. Dengan demikian eksistensi dan hidup manusia di dunia adalah satu kesatuan, maksudnya pemahaman tentang hakikat manusia(nilai manusia dan kemanusiaannya) tidak saja terkait dengan diri pribadi, tetapi juga dengan makluk hidup lainnya di alam semesta ini.

Salah satu cabang filsafat Weda yaitu ajaran Samkhya Darsana yang dapat membantu menjelaskan hakikat badan-jiwa atau purusa-prakerti. Menurut pandangan Samkhya, manusia tersusun atas 25 unsur.

No

 

Panca Budhi Indrya

Panca Karmendrya

Panca Tan Matra

Panca Maha Bhuta

1

Purusa

Cakswindriya

Panindrya

Sabda tan mantra

Pertiwi

2

Prakerti

Srotendriya

Padendrya

Sparsa tan matra

Apah

3

Budhi

Granendriya

Vakindrya

Rupa tan matra

Teja

4

Ahamkara

Jihvendriya

Abastendrya

Rasa tan matra

Bayu

5

Manah

Twakindriya

 Paiwindriya  

Gardha tan matra

Akasa

1.       Purusa                     : Unsur, rohani, spiritual, jiwa-atma.

2.      Prakerti                     : Unsur badani, matri, material, jasmaniah.

3.      Buddhi                     : Kesadaran, kecerdasan, intelektual.

4.      Ahamkara                 : Ego, rasa aku (keakuan).

5.      Manah                      : Pikiran, rasio.

Panca buddhi indriya (lima indria untuk mengetahui).

6.      Cakswindriya           : Indria pada mata.

7.      Srotendriya              : Indria pada telinga.

8.      Granendriya             : Indria pada hidung.

9.      Jihvendriya               : Indria pada lidah.

10.  Twakindriya               : Indria pada kulit.

Panca karmendriya (lima indria pelaku/penggerak).

11.  Panindriya                  : Indria pada tangan.

12.  Padendriya                 : Indria pada kaki.

13.  Vakindriya                 : Indria pada mulut.

14.  Abastendrya/Bhagendriya: Indria pada kelamin pria/wanita.

15.  Paiwindriya                 : Indria pada pelepasan (anus).

Panca tan mantra (lima macam sari, benih, tak terukur).

16.  Sabda yan matra         : Benih suara.

17.  Starsa tan matra          : Benih raba.

18.  Rupa tan matra            : Benih warna.

19.  Rasa tan matra            : Benih rasa.

20.  Gandha tan matra       : Benih bau/penciuman.

Panca Maha Bhuta (lima unsur besar)

21.  Akasa                          : Eter, ruang.

22.  bayu                            : Udara, hawa, atmosfer.

23.  Teja                             : Api.

24.  Apah                           : Air.

25.  Pertiwi                         : Tanah.

Badan jasmani manusia harus dirawat dan dipelihara dengan cara menjaga kebersihan, kesehatan, dan kesuciannya. Pemeliharaan badan jasmani ini bertujuan agar badan jasmani dan rohani lebih lama bertahan, sehingga ada peluang bagi manusia untuk lebih banyak menjalankan dharma. Badan manusia juga merupakan tempat bersemayamnya Brahma, sehingga harus dijaga kesuciannya dengan mempelajari suv=ci dan tapa-bratha. Atma tidak akan lama tinggal dengan tentram jika badan yang ditumpanginya telah rusak atau kacau. Karena itu, pikiran selaku rajanya indrya harus mampu mengendalikan indrya-indrya yang bisa membuat atma bingung. Pengendalian indrya di atas atman dan badan jasmani harus dipusatkan kepada jiwa-atma dan Atma. Dengan demikian, hidup manusia harus lebih bernilai, yakni tercapainya kebahagiaan duniawi dan kebebasan abadi

 Martabat Manusia Hindu

Sejak zaman dahulu sampai saat ini segenap ahli dalam berbagai bidang ilmu utamanya bidang agama dan kebudayaan bahkan seluruh umat manusia yang ada di muka bumi ini, percaya dan sepakat bahwa manusia adalah makluk yang memiliki harkat dan martabat paling tinggi di antara segala jenis makluk hidup di jagat raya. Pada zaman modern ini pemahaman akan tinggi martabat dari manusia hindu adalah:

a.       Tingkat Pendidikan

b.      Tingkat profesi dan social ekonomi

c.       Peran dan kedudukan dalam hidup bermasyarakat

d.      Keimanan dan ketakwaan hidup beragama

Agama Hindu tidak mengenal kasta, namun dalam agama Hindu terdapat ajaran tentang Catur Warna. Pengertian Catur Warna adalah empat penggolongan masyarakat berdasarkan swadarma atau profesinya. Catur Warna membagi golongan manusia menjadi empat yakni Brahmana yaitu orang yang profesinya di bidang keagamaan (orang suci), Ksatria adalah orang yang profesinya di bidang pertanian dan perdagangan, dan Sudra adalah orang yang profesinya di bidang pelayanan atau membantu.

Berdasarkan pandangan Veda ada beberapa aspek yang langsung ataupun tidak langsung yang dianggap mengindikasikan dan merepresentasikan tentang rumusan (konsepsi) harkat martabat manusia Hindu, atara lain:

1.      Jati (kelahiran baik surgayuta maupun nerakayuta)

2.      Dharma (kewajiban hidup, kebenaran serta kedudukan dan peran osial kemasyarakatan keagamaan)

3.      Warna Kasta (profesi atau bidang pekerjaan)

4.      Karma secara luas meliputi:

·         Manacika yang artinya berpikir

·         Wacika yang artinya berkata

·         Kayika yang artinya berbuat

5.      Guna (yang dapat berupa Sattwam, Rajas dan Tamas)

6.      Tingkat kebrahmacarian dan wawasan pengetahuan

7.      Tingkat keimanan dan kerohanian (sraddha.satyam)

Sesungguhnya seorang manusia Hindu yang bermartabat tinggi bukanlah orang yang terlahir di keluarga kaya atau terpandang, bukanlah orang yang memiliki harta yang melimpah, bukanlah orang yang memiliki jabatan tinggi, ataupun dilihat dari warna kastanya. Melaikan orang yang atau manusia Hindu yang memiliki pengetahuan suci agama, terpelajar dan bijaksana akan memiliki martabat yang jauh lebih tinggi. Orang yang memiliki pengetahuan suci yang baik dalam hidupnya akan lebih dipandang sebagai orang terpelajar yang bermartabat  oleh orang banyak atau khalayak. Begitu pula dengan orang terpelajar yang memiliki pengetahuan yang baik serta wawasan yang luas akan dipandang lebih bermartabat dibandingkan dengan orang yang memiliki harta berlimpah namun tidak terpelajar. Orang yang bijaksana, mampu menjadi penengah dimasyarakat, dapat dijadikan panutan oleh orang banyak akan lebih bermartabat daripada orang lain. Sebagai manusia akan semakin baik martabatnya jika semakin banyak memiliki sifat-sifat atau perilaku kebaikan. Kelahiran, kekayaan, ataupun garis keturunan dari seorang tidak akan ada artinya diabndingkan dengan sifat baik dari seseorang yang bermartabat.

Tanggung Jawab Manusia Hindu

Pengertian tanggung jawab menurut ensiklopedia umum adalah kewajiban melakukan sesuatu atau tugas tertentu. Begitu pula dengan manusia Hindu yang terlahir di dunia ini memiliki tanggung jawab. Secara umum tanggung jawab manusia sebagai individu di dunia ini hamper sama. Tanggung jawab manusia Hindu secara sederhana dapat dibedakan menjadi dua yakni tanggung jawab secara vertikal dan tanggung jawab horizontal. Tanggung jawab manusia secara vertikal adalah tanggung jawab kepada sang pencipta yakni Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Sedangkan tanggung jawab terhadap makluk lain. Tanggung jawab manusia secara hizontal difilosofikan dengan TatTwam Asi. Winawan, (2003: 49) menyebutkan bahwa disamping tanggung jawab manusia Hindusecara vertikal (hubungan dengan Brahman) dan horizontal (hubungan dengan sesama hidup, TatTwam Asi). Kehidupan manusia Hindu di Bali dijabarkan dalam konsep Tri Hita Karana (Paharayangan, Pawongan dan Palemahan yang dilandasi oleh Satyam, Siwam, Sundra) yang ada di dalam Veda.

      Tanggung jawab manusia Hindu dala kehidupan sehari-hari bisa dilaksanakan dalam bentuk: Menjalankan Dharma, Menjalankan etika dan ajaran-ajaran dalam Agama Hindu, Melaksanakan Yadnya, Melaksanakan Catur Marga Yoga, Melahirkan anak yang suputra.

      Pertama, melaksanakan dharma ialah setiap manusia Hindu dalam kehidupan sehari-hari haruslah senantiasa mengamalkan berbuat kebenaran dan kebaikan. Kewajiban hidup manusia adalah untuk selalu meningkatkan kualitas diri melalui perbuatan baik. Perbuatan baik yang paling utama adalah melalui pelaksanaan dharma. Dengan demikian setiap perbuatan dharma yang manusia lakukan hasilnya adalah terjadinya peningkatan kualitas jiwatman. Dharma dilaksanakan berdasarkan pengetahuan-pengetahuan suci agama Hindu. Pelaksanaan Dharma juga harus didasari atas rasa alas asih dan penuh keiklasan

      Kedua, manusia Hindu berkewajiban untuk menjalankan etika dan ajaran-ajaran Agama Hindu. Bhagavad Gita sloka 10 dan sloka 14 menjelaskan bahwa alam semesta dan kehidupan bersumber dari pelaksanaan yadnya. Berdaarkan pemahaman ini salah satu kewajiban manusia Hindu dalam kehidupannya adalah melaksanakan yadnya. Yadnya dibedakan menjadi lima (Panca Yajna) yaitu

·         Dewa Yadnya, yaitu kurban suci dan pemujaan yang ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta manivestasinya.

·         Manusa Yadnya adalah upacara yang dipersembahkan untuk memelihara hidup, kesempurnaan dan kesejahteraan manusia.

·         Pitra Yadnya adalah persembahan suci yang ditujukan kepada leluhur dan bhatara-bhatara.

·         Rsi Yadnya adalah persembahan suci yang ditujukan kepada para Rsi dan guru untuk menjaga kesejahteraannya.

·         Bhuta Yadnya adalah persembahan suci yang ditujukan kepada Bhuta Kala atau makhluk bawahan upaya pemeliharaan alam lingkungan sebagai tempat kehidupan semua makluk.

Keempat, Catur Marga Yoga ialah jalan atau cara mengamalkan agama Hindu (Veda) dalam kehidupan dan dalam bermasyarakat. Manusia dilahirkan dalam keadaan dan kemampuan lahir batin yang tidak semua sama, maka Veda mengajarkan Catur Marga Yoga agar semua umat dapat, beragama sesuai kemampuanya. Bagian-bagian dari Catur Marga adalah

·         Bhakti Marga/Yoga adalah proses atau cara mempersatukan antam dengan brahman, berlandaskan rasa dan cinta kasih yang mendalam  kepada Sang Hyang Widhi Wasa. Kata bhakti berarti hormat,taat,sujud,menyembah, persembahan, kasih.

·         Karma Marga/yoga adalah jalan untuk mencapai kesempurnaan atau moksa dengan perbuatan, bekerja tampa terikat oleh hasil atau  kebajikan tampa pamrih.

·         Jnana Marga/yoga adalah cara ketiga setelah karma yoga untuk menyatukan diri dengan Tuhan. jnana artinya kebijaksanaan filsafat(Pengetahuan), jnana yoga berarti mempersatukan jiwatman dengan paramatman yang dicapai dengan jalan mempelajari ilmu pengetahuan dan filsafat pembebasan diri dari ikatan ikatan keduniawian.

·         Raja Marga/Yoga adalah suatu jalan mistik (rohani) untuk mencapai kelepasan atau moksa. ada tiga jalan pelaksanaanya yang ditempuh oleh para yogin yaitu melakukan tapa brata, yoga, dan samadhi

Kelima, melahirkan anak yang suputra. Ketika manusia Hindu sudah menikah (pada tingkat Grehasta dalam Catur Asrama) berkewajiban untuk melahirkan anak sebagai penerus keturunannya. Anak yang suputra merupakan seorang anak yang baik, berbakti pada orang tua, serta memiliki pengtahuan Agama.

Avatara dan Manusia-manusia Suci

Orang suci dalam pandanngan Hindu adalah sangat terhormat, karena melalui orang suci ajaran Agama dapat diterima oleh masyarakat, disamping itu tuntutan dan bimbingan kerohanian banyak diajarkan oleh orang-orang suci. Seperti Ṛsī Agastya penyebar Agama Hindu ke Indonesia, Sapta Ṛsīpenerima Wahyu, Mpu Kuturan Asitektur Desa Pekraman, Danghyang Nirartha sebagai konseptor padmāsana, dan sebagai penghormatan beliau dibangunlah Pura yang Berstatus Dang Kahyangan sebagai penghormatan. Dan Avatāra adalah perwujudan dari Hyang Widhi (Tuhan) yang turun kedunia dalam mengambil bentuk-bentuk tertentu guna menyelamatkan dunia dengan segala isi dari kehancuran yang disebabkan oleh adharma.

Gelar Orang-orang Suci adalah:

1)      Pedanda adalah Gelar Orang Suci dari Brāhman wangsa, beliau berhasil memimpin dalam bidang upacara keagamaan.

2)      Danghyang adalah Brāhman wangsa yang berjasa dalam menumbuh-kembangkan agama sekaligus menjadi guru besar dibidang keagamaan.

3)       Ṛsī atau Bhagavān adalah gelar orang suci dari wangsa ksatriya beliau dipandang suci dan terhormat dalam masyarakat.

4)       Empu adalah gelar orang suci dari wangsa pasek pande, beliau juga sangat dihormati dalam masyarakat.

5)       Sengguhu adalah orang suci yang ahli dalam tugas untuk memimpin upacara Bhūta Yajna.

6)      Dukuh adalah orang suci yang kedudukan beliau dipandang dan dihormati di masyarakat.

Agama Hindu mengenal 10 Avatara yang disebut Dasa Avatara. Dasa Avatara diyakini sebagai penjelmaan material dari Dewa Wisnu yang turun dari zaman ke zaman dalam misi menyelamatkan dunia. Satu dari kesepuluh Avatara yakni, Avatara kesepuluh belum turun ke dunia. Kesepuluh Avatara tersebut sebagai berikut:

1.      Masya Avatāra adalah perwujudan Tuhan turun ke dunia sebagai ikan yang besar untuk menyelamatkan manusia pertama dari air bah yang melanda manusia dan alam semesta.

2.      Kūrma Avatāra adalah perwujudan Tuhan turun ke dunia sebagai kura-kura besar, untuk menjaga dunia dari luapan kesirarnawa pada saat diaduk oleh para Devā dan rāksasa.

3.      Varāha Avatāra adalah perwujudan Tuhan turun ke dunia sebagai Babi Hutan, guna menyelamatkan dunia dan mengangkat kembali dunia keasalnya setelah disembunyikan di patala loka.

4.      Nārasiṁha Avatāra adalah perwujudan Tuhan turun ke dunia sebagai Manusia Berkepala Singa untuk membunuh Rāksasa Hiranyakasipu yang dengan lalimnya ingin menguasai Sorga.

5.      Vāmana Avatāra adalah perwujudan Tuhan turun ke dunia sebagai Manusia Cebol untuk membunuh Rāksasa Bali yang dengan kelalimannya ingin menguasai Triloka.

6.       Paraśurāma Avatāra adalah perwujudan Tuhan turun kedunia sebagai Manusia Bersenjata Kapak. Untuk membalas dendam atas penghinaan seorang kesatrya terhadap Brāhṁa.

7.       Rāmadeva Avatāra adalah perwujudan Tuhan turun ke dunia sebagai Rama untuk menyelamatkan manusia dari keangkaramurkaan dan kecongkakan Rahwana.

8.      Kṛṣṇa Avatāra adalah perwujudan Tuhan turun ke dunia sebagai  Krishna, untuk membela kebenaran di pihak Pandawa dan menumpas habis Kaurawa.

9.       Budha Avatāra adalah perwujudan Tuhan turun kedunia untuk meluruskan kembali ajaran agama yang telah menyimpang dari kebenaran.

10.  Kalki Avatāra adalah perwujudan Tuhan turun ke dunia sebagai manusia sempurna dengan mengendarai kuda putih dengan bersenjata pedang terhunus, untuk menyelamatkan dunia dari kejahatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar