Konsep
Manusia Hindu
Manusia pada dasarnya berbeda dengan manusia
lain, maka setiap manusia harus mengerti dengan perbedaan itu sehingga bisa
hidup berdampingan secara damai, aman, nyaman dan bahagia. Kitab suci
Slokantara, pada salah satu slokanya menjelaskan tentang manusia satu dengan
manusia lain pada dasarnya berbeda.
“ekorasasamutpanna
ekanaksatrakanwittah,
na bhagawanti samacara yatha arabadkantakah”
(Slokantara, Sloka 27)
Artinya: “Meskipun manusia itu lahir dari perut ibu yang sama, waktu yang
sama, namun kelakuannya tidak akan sama.”
Slokantara sloka 27 bermakna
bahwa sesungguhnya setiap manusia memiliki sifat, tingkah laku, serta
kepribadian yang berbeda dengan manusia lainnya. Manusia yang satu akan selalu
memiliki perbedaan dengan manusia lainnya. Manusia memiliki kesadaran dan
kelebihan akal budi yang membedakannya dengan makluk lain, sekaligus
menempatkannya sebagai makluk yang derajatnya paling tinggi. Sehingga manusia
disebut dengan berbagai nama seperti:
Homo
sapiens : Makluk berakal pikiran.
Homo
socius : Makluk sosial .
Homo
ludens : Makluk bermain
Animal
symbolicum: Makluk pencipta dan pengguna tanda Bahasa.
Homo
religious : Makluk yang berkeyakinan.
Mengaplikasi
pikiran manusia tidak bisa lepas dari filsafat etika dalam Agama Hindu, yaitu
TatTwam Asi.
“nityonityanamcetanascetananam
Ekobahunamyovidadhantikaman
Tam
pitha-gamye mupasyantidhiras
Tesamsantihsasvatine
tare sam”
Artinya:
“Diantara kepribadianyang kekal dan yang berkesadaran, ada satu kepribadian
yang menyediakan keperluan dari kepribadian-kepribadian yang lainnya. Orang
bijaksana yang memuja kepribadian yang satu ini, yang bertempat tinggal di
alamnya yang rohani akan mampu mencapai kedamaian sejati sedangkan yang lain,
yang tidan memujanya tidak akan mencapai kedamaian”
TatTwam Asi bahwa sumber yang memberikan
manusia hidup adalah sama yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Atas dasar pemikiran
inilah maka manusia disebut sub kelompok atau bagian dari kelompok. Sebagai
bagian dari kelompok ini, manusia berinteraksi dengan sesamanya sebagai makluk
social karena manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Hubungan antar
manusia ini pasi ada pihak yang diuntungkan dan dirugikan (RwaBhineda)
Hakikat
Manusia Hindu
Manusia terlahir pada kondisi yang berbeda antara manusia satu dan yang
lainnya. Manusia pada hakikatnya memiliki sifat baik dan sifat buruk. Manusia
dilahirkan juga memiliki tujuan hidup untuk melakukan kebaikan. Kitab
Sarasamuscaya menjelaskan tentang tujuan hidup manusia sebagai berikut.
“Mamansah
Sara bhutesu
Vartatevaicubhacubhe
achubhesusamavistam
cubhesvevakaravet”
(Sarasamuscaya,
Sloka 2)
Artinya: “Di antara semua makluk hidup, hanya yang dilahirkan sebagai
manusia saja yang dapat melaksanakan perbuatan baik atau perbuatan buruk, oleh
karena itu leburlah ke dalam perbuatan baik, segala perbuatan yang buruk
itu,demikianlah gunanya menjadi manusis”
Hakikat manusia terlahir di dunia berdasarkan
kitab suci Sarasamuscaya adalah manusia terlahir dengan memiliki tujuan hidup.
Manusia dilahirkan memiliki perbedaan antara manusia satu dengan manusia
lainnya. Perbedaan yang dimagsud beragam, di antaranya berupa perbedaan sikap,
perbedaaan perilaku, perbedaan warna (Catur Warna), perbedaan status sosial,
perbedaan kemakmuran, dan sebagainya. Perbuatan baik dan perbuatan buruk
manusia akan menjadi pahala manusia dalam menjalani kehidupan. Perbedaan
manusia satu dengan yang lainnya tidaklah menjadi tolak ukur, misalnya ada
orang kaya dan ada orang miskin. Sekalipun kehidupan manusia dalam kondisi
sangat miskin tetapi memiliki perbuatan dan pahala yang baik itulah yang sangat
mulia. Hakikatnya manusia hidup adalaah untuk menolong dirinya dari
kesengsaraan atau penderitaan melalui jalan dharma. Kelahiran menjadi manusia hendaknya
digunakan dengan sebaik-baiknya untuk melaksanakan kebaikan yang sesuai dengan
ajaran Dharma. Selanjutnya dapat melaksanakan ajaran-ajaran agama hindu di
kehidupan sehari-hari.
Hakikat
sifat manusia secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu sifat baik dan
sifat buruk. Sifat baik seperti sifat spiritualakan menghantarkan manusia
terhindar dari penderitaan, sedangkan sifat buruk seperti sombong, angkuh,
pemarah dan lain-lain akan menyebabkan
manusia terikat sifat keduniawian dan menuju penderitaan.
Sifat-sifat
buruk manusia tidak dapat dihilangkan, namun dapat dikendalikan. Salah satu
caranya adalah dengan melaksanakan Panca Niyama Brata. Pengertian Panca Niyama
Brata adalah lima jenis pengekangan diri berdasarkan atau tunduk dan mengikuti
ajaran Dharma. Bagian-bagian Panca Niyama Brata yaitu:
1.
Kroda, tidak marah
2.
Guru susrusa, hormat taat dan tekun melaksanakan ajaran-ajaran dari guru
3.
Sauca, suci lahir batin
4.
Aharalagawa, memilih makan yang baik bagi tubuh kita dan makan, minum
secara teratur untuk mencapai kesucian lahir batin.
5.
Apramada, tidak sombong angkuh.
Berdasarkan unsur pembentuk hakikat manusia Hindu
adalah sebagai makluk yang dibentuk dari dua unsur yaitu jasmani dan rohani
yang membentuk satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Kesatuan dua unsur
ini disebut mikrokosmos(bhuwana alit) yang secara kosmologis adalah perwujudan
dari substansi semesta(resextensa) dan perwujudan substansi
bepikir(rescogitans).
Hakikat manusia sebagai pribadi yang memiliki
badan jasmani dan jiwa telah memunculkan pemikiran dalam pandangan filsaafat
manusia. Ada dua pandangan yang berbeda tentang manusia, pandangan materialisme
menganggap badan jasmani lebih bernilai daripada jiwa, sedangkan pandangan
spiritualisme menganggap bahwa jiwa jauh lebih bernilai penting dibandingkan
badan rohani. Tetapi dalam pandangan Hindu, baik badan jasmani dan badan rohani
memiliki hakikat yang sama pentingnya. Agama Hindu mengkaji hakikat badan
jasmani manusia Hindu sebagai substansi semesta adalah Mayatattwa, yaitu filsafat
kebendaan atau maya. Sedangkan bidang yang mengkaji hakikat jiwa atma sebagai
substansi berpikir adalah Purusatattwa, yaitu filsaafat non kebendaan atau
purusa. Manusia yang berupa penyatuan badan jasmani dan jiwa ini adalah
perwujudan dari substansi semesta atau makrokosmos. Dengan demikian eksistensi
dan hidup manusia di dunia adalah satu kesatuan, maksudnya pemahaman tentang
hakikat manusia(nilai manusia dan kemanusiaannya) tidak saja terkait dengan
diri pribadi, tetapi juga dengan makluk hidup lainnya di alam semesta ini.
Salah satu cabang filsafat Weda yaitu ajaran
Samkhya Darsana yang dapat membantu menjelaskan hakikat badan-jiwa atau
purusa-prakerti. Menurut pandangan Samkhya, manusia tersusun atas 25 unsur.
No |
|
Panca Budhi Indrya |
Panca Karmendrya |
Panca Tan Matra |
Panca Maha Bhuta |
1 |
Purusa |
Cakswindriya |
Panindrya |
Sabda tan mantra |
Pertiwi |
2 |
Prakerti |
Srotendriya |
Padendrya |
Sparsa tan matra |
Apah |
3 |
Budhi |
Granendriya |
Vakindrya |
Rupa tan matra |
Teja |
4 |
Ahamkara |
Jihvendriya |
Abastendrya |
Rasa tan matra |
Bayu |
5 |
Manah |
Twakindriya |
Paiwindriya
|
Gardha tan matra |
Akasa |
1. Purusa : Unsur, rohani, spiritual,
jiwa-atma.
2. Prakerti :
Unsur badani, matri, material, jasmaniah.
3. Buddhi :
Kesadaran, kecerdasan, intelektual.
4. Ahamkara :
Ego, rasa aku (keakuan).
5. Manah :
Pikiran, rasio.
Panca
buddhi indriya (lima indria untuk mengetahui).
6. Cakswindriya : Indria pada mata.
7. Srotendriya : Indria pada telinga.
8. Granendriya : Indria pada hidung.
9. Jihvendriya :
Indria pada lidah.
10. Twakindriya :
Indria pada kulit.
Panca
karmendriya (lima indria pelaku/penggerak).
11. Panindriya :
Indria pada tangan.
12. Padendriya :
Indria pada kaki.
13. Vakindriya :
Indria pada mulut.
14. Abastendrya/Bhagendriya: Indria pada kelamin
pria/wanita.
15. Paiwindriya : Indria pada pelepasan
(anus).
Panca
tan mantra (lima macam sari, benih, tak terukur).
16. Sabda yan matra : Benih suara.
17. Starsa tan matra : Benih raba.
18. Rupa tan matra : Benih warna.
19. Rasa tan matra : Benih rasa.
20. Gandha tan matra : Benih bau/penciuman.
Panca
Maha Bhuta (lima unsur besar)
21. Akasa : Eter, ruang.
22. bayu : Udara, hawa, atmosfer.
23. Teja : Api.
24. Apah : Air.
25. Pertiwi : Tanah.
Badan jasmani manusia harus dirawat dan
dipelihara dengan cara menjaga kebersihan, kesehatan, dan kesuciannya.
Pemeliharaan badan jasmani ini bertujuan agar badan jasmani dan rohani lebih
lama bertahan, sehingga ada peluang bagi manusia untuk lebih banyak menjalankan
dharma. Badan manusia juga merupakan tempat bersemayamnya Brahma, sehingga harus
dijaga kesuciannya dengan mempelajari suv=ci dan tapa-bratha. Atma tidak akan
lama tinggal dengan tentram jika badan yang ditumpanginya telah rusak atau
kacau. Karena itu, pikiran selaku rajanya indrya harus mampu mengendalikan
indrya-indrya yang bisa membuat atma bingung. Pengendalian indrya di atas atman
dan badan jasmani harus dipusatkan kepada jiwa-atma dan Atma. Dengan demikian,
hidup manusia harus lebih bernilai, yakni tercapainya kebahagiaan duniawi dan
kebebasan abadi
Martabat
Manusia Hindu
Sejak zaman dahulu sampai
saat ini segenap ahli dalam berbagai bidang ilmu utamanya bidang agama dan
kebudayaan bahkan seluruh umat manusia yang ada di muka bumi ini, percaya dan
sepakat bahwa manusia adalah makluk yang memiliki harkat dan martabat paling
tinggi di antara segala jenis makluk hidup di jagat raya. Pada zaman modern ini
pemahaman akan tinggi martabat dari manusia hindu adalah:
a.
Tingkat Pendidikan
b.
Tingkat profesi dan social ekonomi
c.
Peran dan kedudukan dalam hidup bermasyarakat
d.
Keimanan dan ketakwaan hidup beragama
Agama
Hindu tidak mengenal kasta, namun dalam agama Hindu terdapat ajaran tentang
Catur Warna. Pengertian Catur Warna adalah empat penggolongan masyarakat
berdasarkan swadarma atau profesinya. Catur Warna membagi golongan manusia
menjadi empat yakni Brahmana yaitu orang yang profesinya di bidang keagamaan
(orang suci), Ksatria adalah orang yang profesinya di bidang pertanian dan
perdagangan, dan Sudra adalah orang yang profesinya di bidang pelayanan atau
membantu.
Berdasarkan
pandangan Veda ada beberapa aspek yang langsung ataupun tidak langsung yang
dianggap mengindikasikan dan merepresentasikan tentang rumusan (konsepsi)
harkat martabat manusia Hindu, atara lain:
1. Jati (kelahiran baik surgayuta
maupun nerakayuta)
2. Dharma (kewajiban hidup, kebenaran
serta kedudukan dan peran osial kemasyarakatan keagamaan)
3.
Warna Kasta (profesi atau bidang pekerjaan)
4.
Karma secara luas meliputi:
·
Manacika yang artinya berpikir
·
Wacika yang artinya berkata
·
Kayika yang artinya berbuat
5.
Guna (yang dapat berupa Sattwam, Rajas dan Tamas)
6.
Tingkat kebrahmacarian dan wawasan pengetahuan
7.
Tingkat keimanan dan kerohanian (sraddha.satyam)
Sesungguhnya seorang manusia Hindu yang
bermartabat tinggi bukanlah orang yang terlahir di keluarga kaya atau
terpandang, bukanlah orang yang memiliki harta yang melimpah, bukanlah orang
yang memiliki jabatan tinggi, ataupun dilihat dari warna kastanya. Melaikan
orang yang atau manusia Hindu yang memiliki pengetahuan suci agama, terpelajar
dan bijaksana akan memiliki martabat yang jauh lebih tinggi. Orang yang
memiliki pengetahuan suci yang baik dalam hidupnya akan lebih dipandang sebagai
orang terpelajar yang bermartabat oleh
orang banyak atau khalayak. Begitu pula dengan orang terpelajar yang memiliki
pengetahuan yang baik serta wawasan yang luas akan dipandang lebih bermartabat
dibandingkan dengan orang yang memiliki harta berlimpah namun tidak terpelajar.
Orang yang bijaksana, mampu menjadi penengah dimasyarakat, dapat dijadikan
panutan oleh orang banyak akan lebih bermartabat daripada orang lain. Sebagai
manusia akan semakin baik martabatnya jika semakin banyak memiliki sifat-sifat
atau perilaku kebaikan. Kelahiran, kekayaan, ataupun garis keturunan dari
seorang tidak akan ada artinya diabndingkan dengan sifat baik dari seseorang
yang bermartabat.
Tanggung Jawab Manusia Hindu
Pengertian tanggung jawab menurut ensiklopedia umum
adalah kewajiban melakukan sesuatu atau tugas tertentu. Begitu pula dengan
manusia Hindu yang terlahir di dunia ini memiliki tanggung jawab. Secara umum
tanggung jawab manusia sebagai individu di dunia ini hamper sama. Tanggung
jawab manusia Hindu secara sederhana dapat dibedakan menjadi dua yakni tanggung
jawab secara vertikal dan tanggung jawab horizontal. Tanggung jawab manusia
secara vertikal adalah tanggung jawab kepada sang pencipta yakni Ida Sang Hyang
Widhi Wasa. Sedangkan tanggung jawab terhadap makluk lain. Tanggung jawab
manusia secara hizontal difilosofikan dengan TatTwam Asi. Winawan, (2003: 49)
menyebutkan bahwa disamping tanggung jawab manusia Hindusecara vertikal
(hubungan dengan Brahman) dan horizontal (hubungan dengan sesama hidup, TatTwam
Asi). Kehidupan manusia Hindu di Bali dijabarkan dalam konsep Tri Hita Karana
(Paharayangan, Pawongan dan Palemahan yang dilandasi oleh Satyam, Siwam,
Sundra) yang ada di dalam Veda.
Tanggung jawab manusia Hindu dala
kehidupan sehari-hari bisa dilaksanakan dalam bentuk: Menjalankan Dharma,
Menjalankan etika dan ajaran-ajaran dalam Agama Hindu, Melaksanakan Yadnya,
Melaksanakan Catur Marga Yoga, Melahirkan anak yang suputra.
Pertama, melaksanakan dharma ialah setiap
manusia Hindu dalam kehidupan sehari-hari haruslah senantiasa mengamalkan
berbuat kebenaran dan kebaikan. Kewajiban hidup manusia adalah untuk selalu
meningkatkan kualitas diri melalui perbuatan baik. Perbuatan baik yang paling
utama adalah melalui pelaksanaan dharma. Dengan demikian setiap perbuatan
dharma yang manusia lakukan hasilnya adalah terjadinya peningkatan kualitas
jiwatman. Dharma dilaksanakan berdasarkan pengetahuan-pengetahuan suci agama
Hindu. Pelaksanaan Dharma juga harus didasari atas rasa alas asih dan penuh
keiklasan
Kedua, manusia Hindu berkewajiban untuk
menjalankan etika dan ajaran-ajaran Agama Hindu. Bhagavad Gita sloka 10 dan
sloka 14 menjelaskan bahwa alam semesta dan kehidupan bersumber dari
pelaksanaan yadnya. Berdaarkan pemahaman ini salah satu kewajiban manusia Hindu
dalam kehidupannya adalah melaksanakan yadnya. Yadnya dibedakan menjadi
lima (Panca Yajna) yaitu
·
Dewa Yadnya, yaitu
kurban suci dan pemujaan yang ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang
Hyang Widhi Wasa beserta manivestasinya.
·
Manusa Yadnya
adalah upacara yang dipersembahkan untuk memelihara hidup, kesempurnaan dan
kesejahteraan manusia.
·
Pitra Yadnya
adalah persembahan suci yang ditujukan kepada leluhur dan bhatara-bhatara.
·
Rsi Yadnya adalah
persembahan suci yang ditujukan kepada para Rsi dan guru untuk menjaga
kesejahteraannya.
·
Bhuta Yadnya
adalah persembahan suci yang ditujukan kepada Bhuta Kala atau makhluk bawahan
upaya pemeliharaan alam lingkungan sebagai tempat kehidupan semua makluk.
Keempat, Catur Marga Yoga ialah jalan atau cara mengamalkan agama Hindu
(Veda) dalam kehidupan dan dalam bermasyarakat. Manusia dilahirkan dalam
keadaan dan kemampuan lahir batin yang tidak semua sama, maka Veda mengajarkan Catur
Marga Yoga agar semua umat dapat, beragama sesuai kemampuanya. Bagian-bagian
dari Catur Marga adalah
·
Bhakti Marga/Yoga
adalah proses atau cara mempersatukan antam dengan brahman, berlandaskan rasa
dan cinta kasih yang mendalam kepada
Sang Hyang Widhi Wasa. Kata bhakti berarti hormat,taat,sujud,menyembah,
persembahan, kasih.
·
Karma Marga/yoga
adalah jalan untuk mencapai kesempurnaan atau moksa dengan perbuatan, bekerja
tampa terikat oleh hasil atau kebajikan
tampa pamrih.
·
Jnana Marga/yoga
adalah cara ketiga setelah karma yoga untuk menyatukan diri dengan Tuhan. jnana
artinya kebijaksanaan filsafat(Pengetahuan), jnana yoga berarti mempersatukan
jiwatman dengan paramatman yang dicapai dengan jalan mempelajari ilmu
pengetahuan dan filsafat pembebasan diri dari ikatan ikatan keduniawian.
·
Raja Marga/Yoga
adalah suatu jalan mistik (rohani) untuk mencapai kelepasan atau moksa. ada
tiga jalan pelaksanaanya yang ditempuh oleh para yogin yaitu melakukan tapa
brata, yoga, dan samadhi
Kelima, melahirkan anak yang suputra. Ketika manusia Hindu sudah menikah
(pada tingkat Grehasta dalam Catur Asrama) berkewajiban untuk melahirkan anak
sebagai penerus keturunannya. Anak yang suputra merupakan seorang anak yang
baik, berbakti pada orang tua, serta memiliki pengtahuan Agama.
Avatara dan Manusia-manusia Suci
Orang suci dalam pandanngan Hindu adalah sangat
terhormat, karena melalui orang suci ajaran Agama dapat diterima oleh
masyarakat, disamping itu tuntutan dan bimbingan kerohanian banyak diajarkan
oleh orang-orang suci. Seperti Ṛsī Agastya penyebar Agama Hindu ke Indonesia,
Sapta Ṛsīpenerima Wahyu, Mpu Kuturan Asitektur Desa Pekraman, Danghyang
Nirartha sebagai konseptor padmāsana, dan sebagai penghormatan beliau
dibangunlah Pura yang Berstatus Dang Kahyangan sebagai penghormatan. Dan
Avatāra adalah perwujudan dari Hyang Widhi (Tuhan) yang turun kedunia dalam
mengambil bentuk-bentuk tertentu guna menyelamatkan dunia dengan segala isi
dari kehancuran yang disebabkan oleh adharma.
Gelar Orang-orang Suci adalah:
1) Pedanda adalah Gelar Orang Suci dari Brāhman wangsa,
beliau berhasil memimpin dalam bidang upacara keagamaan.
2) Danghyang adalah Brāhman wangsa yang berjasa dalam
menumbuh-kembangkan agama sekaligus menjadi guru besar dibidang keagamaan.
3) Ṛsī atau
Bhagavān adalah gelar orang suci dari wangsa ksatriya beliau dipandang suci dan
terhormat dalam masyarakat.
4) Empu adalah
gelar orang suci dari wangsa pasek pande, beliau juga sangat dihormati dalam
masyarakat.
5) Sengguhu adalah
orang suci yang ahli dalam tugas untuk memimpin upacara Bhūta Yajna.
6) Dukuh adalah orang suci yang kedudukan beliau
dipandang dan dihormati di masyarakat.
Agama Hindu mengenal 10 Avatara yang disebut Dasa
Avatara. Dasa Avatara diyakini sebagai penjelmaan material dari Dewa Wisnu yang
turun dari zaman ke zaman dalam misi menyelamatkan dunia. Satu dari kesepuluh
Avatara yakni, Avatara kesepuluh belum turun ke dunia. Kesepuluh Avatara
tersebut sebagai berikut:
1. Masya Avatāra adalah perwujudan Tuhan turun ke dunia
sebagai ikan yang besar untuk menyelamatkan manusia pertama dari air bah yang
melanda manusia dan alam semesta.
2. Kūrma Avatāra adalah perwujudan Tuhan turun ke dunia
sebagai kura-kura besar, untuk menjaga dunia dari luapan kesirarnawa pada saat
diaduk oleh para Devā dan rāksasa.
3. Varāha Avatāra adalah perwujudan Tuhan turun ke dunia
sebagai Babi Hutan, guna menyelamatkan dunia dan mengangkat kembali dunia
keasalnya setelah disembunyikan di patala loka.
4. Nārasiṁha Avatāra adalah perwujudan Tuhan turun ke
dunia sebagai Manusia Berkepala Singa untuk membunuh Rāksasa Hiranyakasipu yang
dengan lalimnya ingin menguasai Sorga.
5. Vāmana Avatāra adalah perwujudan Tuhan turun ke dunia
sebagai Manusia Cebol untuk membunuh Rāksasa Bali yang dengan kelalimannya
ingin menguasai Triloka.
6. Paraśurāma
Avatāra adalah perwujudan Tuhan turun kedunia sebagai Manusia Bersenjata Kapak.
Untuk membalas dendam atas penghinaan seorang kesatrya terhadap Brāhṁa.
7. Rāmadeva
Avatāra adalah perwujudan Tuhan turun ke dunia sebagai Rama untuk menyelamatkan
manusia dari keangkaramurkaan dan kecongkakan Rahwana.
8. Kṛṣṇa Avatāra adalah perwujudan Tuhan turun ke dunia
sebagai Krishna, untuk membela kebenaran
di pihak Pandawa dan menumpas habis Kaurawa.
9. Budha Avatāra
adalah perwujudan Tuhan turun kedunia untuk meluruskan kembali ajaran agama yang
telah menyimpang dari kebenaran.
10. Kalki Avatāra adalah perwujudan Tuhan turun ke dunia
sebagai manusia sempurna dengan mengendarai kuda putih dengan bersenjata pedang
terhunus, untuk menyelamatkan dunia dari kejahatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar