Sabtu, 14 Juli 2018

Yajña

PENDAHULUAN
Secara etimologi, kata Yajña berasal dari kata yaj yang berarti persembahan, pemujaan, penghormatan, dan korban suci. Kata yaj berasal dari bahasa Sanskerta. Jadi, pengertian Yajña adalah korban suci yang tulus iklhas tanpa pamrih. Yadnya yang harus kita laksanakan dalam kehidupan ini dilandasi oleh hutang manusia yang dibawa sejak dilahirkan ke dunia ini, hutang manusia ada tiga banyaknya yang disebut Tri Rna. Adapun hutang-hutang yang dimaksud antara lain :
a.       Dewa Rna.
Dewa Rna adalah hutang hidup kepada Sang Hyang Widhi yang telah menciptakan alam semesta, termasuk diri kita. Untuk semua ini, wajib kita membayar hutang kepada Sang Hyang Widhi dengan melaksanakan Dewa Yajna.
b.      Rsi Rna.
Rsi Rna adalah hutang kepada rsi yang mengorbankan kehidupannya untuk memberikan bimbingan dan tuntunan kepada manusia sehingga mendapatkan pencerahan melalui ajaran-ajarannya. Rsi Rna dibayar dengan melaksanakan Rsi Yajna.
c.       Pitra Rna
Pitra Rna adalah hutang kepada orang tua dan leluhur. Orang tua kita dan leluhur kita yang telah banyak memberikan perhatian dan pengorbanan baik materi maupun kasih sayang.oleh karenanya, menjadi kewajiban kita untuk membalas jasa-jasa leluhur kita. Membayar hutang kepada orang tua dan leluhur dapat dilaksanakan dengan melaksanakan Pitra Yajna dan Manusa Yajna.

Berdasarkan sasaran yang akan diberikan Yajña, maka korban suci ini dibedakan menjadi lima jenis, yaitu:

1.      Dewa Yajña
2.      Rsi Yajña
3.      Pitra Yajña
4.      Manusa Yajña
5.      Bhuta Yajña
Yajna  yang  dilakuakan seseorang dalam agama Hindu dikategorikan kedalam tiga kualitas yakni Satvika yajna, Rajasika yajna, dan Tamasika yajna. Adapun penjelasan terkait kualitas yajna tersebut antara lain sebagai berikut :
1.      Satvika yajna, yaitu yajna yang dilaksanakan dengan dasar utamanya adalah Sraddha bakti, dan tulus iklas. Yajna yang berbentuk persembahan akan tergolong kualitas Satvika jika yajna dilaksanakan berdasarkan hal-hal berikut :
a.       Sraddha, artinya yajna yang dilaksanakan penuh dengan keyakinan.
b.      Lascarya, artinya yajna yang dilaksanakan dengan tulus iklas tanpa pamrih.
c.       Sastra, artinya yajna yang dilaksanakan sesuai dengan sumber-sumber sastra yang benar.
d.      Daksina, artinya yajna yang dilaksanakan dengan menggunakan sarana upacara serta memberikan punia.
e.       Mantra, artinya melantunkan doa-doa serta kidung suci sebagai pemujaan.
f.       Annasewa, artinya memberikan jamuan kepada tamu yang menghadiri upacara.
g.      Nasmita, artinya yajna yang dilaksanakan bukan untuk memamerkan kekayaan dan kemewahan yang pelaku yajna.
2.      Rajasika yajna, yaitu yajna yang dilaksanakan dengan motif pamrih atau pamer kemewahan, atau pamer pada orang lain.
3.      Tamasika yajna, yaitu yajna yang dilaksanakan tanpa sastra, tanpa punia, tanpa mantram, dam tanpa keyakinan. Orang yang ber-yajna tidak sungguh-sungguh artinya ia hanya ikut-ikutan.
Jadi, dalam melaksanakan yajna, baik dalam kegiatan sehari-hari maupun dalam bentuk upacara keagamaan, tentu kita harus memperhatikan aturan-aturan yang berlaku dalam kitab suci. Dengan demikian, yajna yang kita laksanakan tergolong yajna yang berkualitas Satvika.
Yajña dalam kehidupan sehari-hari

1)      Dewa yajna
Dewa yajna, yaitu upacara persembahan suci yang tulus iklas kehadapan para dewa.
Contoh : melakukan Puja Tri Sandya.

2.      Bhuta yajna
Bhuta yajna yaitu upacara persembahan suci yang tulus iklas kehadapan unsur-unsur alam.
Contoh : melakukan yajna sesa / mesaiban.

3.      Manusa yajna
Manusa yajna yaitu upacara persembahan suci yang tulus iklas kepada manusia.
Contoh : menolong orang yang membutuhkan.

4.      Rsi yajna
Rsi yajna yaitu upacara persembahan atau pengorbanan suci kepada Brahman atau para Rsi.
Contoh : menghormati guru.

5.      Pitra yajna
Pitra yajna yaitu upacara persembahan atau pengorbanan suci kepada Pitra atau roh leluhur yang telah meninggal dan termasuk kepada orang tua yang masih hidup.
Contoh : mengajak orang tua bercakap-cakap.

Contoh-contoh Rsi Yajña dan Pitra Yajña dalam bentuk kegiatan sehari-hari.
1)      Pelaksanaan Rsi Yajna dan Pitra Yajna dalam bentuk kegiatan sehari-hari.
a)      Rsi yajna dalam bentuk kegiatan sehari-hari:
o   Hormat bakti kepada para Brahmana.
o   Tekun mempelajari kitab-kitab suci.
o   Mengembangkan dan menyebarkan ajaran veda.
o   Menggali, menghayati, dan melaksanakan ajaran veda
b)      Pitra yajna dalam bentuk kegiatan sehari-hari:
o   Menghormati orang tua atau leluhur.
o   Menuruti nasehat orang tua.
o   Menjamin orang tua setelah usia lanjut, termasuk di dalamnya menjamin makanan, kesehatan, atau hal yang menyangkut sandang, pangan dan papan.
o   Mengajak orang tua bercakap-cakap sebagai cerminan cinta kasih keluarga.
o   Memelihara, menjaga tempat suci keluarga, termasuk Padharman.
o   Bila orang tua atau anggota keluarga ada yang meninggal diurus dengan layak.
2)      Rsi Yajna dan Pitra Yajna dalam bentuk upacara.
a)      Rsi Yajna dalam bentuk upacara:
o   MengadakanRsi Bojana atau memberikan sesuatu kepada para Rsi atau orang suci, dengan mendatangi beliau ketempat di mana beliau tinggal.
o   Mengadakan upacara pawintenan atau upacara ekajati, yakni upacara tahap awal untuk mengangkat seseorang menjadi orang suci.
o   Melaksanakan upacara Madiksa atau upacara dwijati yakni upacara penobatan seseorang menjadi sulinggih yang lebih lanjut.
b)      Pitra Yajna dalam bentuk upacara:
o   Sawa Prateka artinya mengupacarai jenazah orang yang baru meninggal/ngaben mendadak.
o   Asti wedana artinya mengembalikan unsur-unsur Panca Maha Bhuta ke asalnya, umumnya disebut ngaben.
o   Atma wedana artinya menyempurnakan jiwatman yang telah diupacarakan menuju alam deva/moksa.
o   Swasta artinya upacara Pitra Yajna yang dilaksanakan  dengan tidak mengupacarai jenazah dalam bentuk tulang-beluang atau jasad yang diganti oleh daun alang-alang.
o   Ngelungah artinya upacara bag ijenazah yang masih anak-anak atau jenazah orang yang belum kepus gigi.
o   Upacara Tiwah merupakan proses mengantarkan arwah di daerah suku Dayak atau dalam bahasa Dayak Liauke surge.
o   Upacara Rambu Solo merupakan upacara menyempurnakan kematian di daerah Tanah Toraja.
o   Upacara entas-entas adalah upacara pembakaran boneka sebagai simbolis jasad orang yang telah meninggal dunia, bagi Masyarakat Tengger.
Sumber-sumber Rsi Yajña dan Pitra Yajña
-          Dalam pustaka suci Regveda. I.1.1, dinyatakan sebagai berikut,
Hamba memuja Agni, pendeta agung upacara yajna, yang suci, penganugrah, yang menyampaikan persembahan (kepada para Deva), dan pemilik kekayaan yang melimpah.
-          Dalampustaka suci Bhagavad-gita  III.12-13, dinyatakan sebagai berikut,
Sebab dengan yajna-mu (pemujaanmu) Sang HyangWidhi (devata) akan memberkahi kebahagiaan baginya. Dia yang tidak membalas rakhmat ini kepada-nya, sesungguhnya adalah pencuri.
Yang baik makan setelah upacara bakti akan terlepas dari segala dosa, tapi yang menyediakan makanan lezat hanya bagi diri sendiri, mereka ini, sesungguhnya makan dosa.
-          Dalam pustaka suci Bhagavad-gita IX.26, dinyatakan sebagai berikut,
Siapa yang sujud kepada-Ku dengan persembahan setangkai daun, sekuntum bunga, sebiji buah-buahan atau seteguk air, Aku terima sebagai bakti persembahan dari orang  yang berhati suci.
-          Dalam pustaka suci Manu Smrti 11.227, dinyatakan sebagai berikut,
Penderitaan  yang di abaikan oleh Bapak atau Ibu pada waktu lahir anak (bayi) tidak dapat dibayar walaupun dalam waktu seratus tahun.

Berdasarkan terjemahan sloka-sloka diatas dapat disimpulkan bahwa manusia dalam hidupnya wajib menjalankan yajna,  kepada Sang HyangWidhi, leluhur, orang suci, sesama dan pada makhluk  yang lebih rendah dari manusia. Manusia sebagai makhluk yang diberikan akal dan budi oleh Sang Hyang Widhi wajib melaksanakan yajna untuk menciptakan keharmonisan.